KENANGAN SPALSA 7E
Aku mulai menapaki salah satu lorong di
sekolah ini. Lorong dimana setiap pagi hingga siang sering aku lewati. Teringat
dengan satu masa saat berada di salah satu kelas lorong ini. Kelas yang menurut
kebayakan guru adalah kelas yang Elok, Kelas 7E. Elok karena kegaduhan,
pertemanan, persahabatan, pelajaran, bahkan sampai sifat dan karateristik siswa
dan siswi didalamnya.
Ku buka pintu kelas perlahan-lahan,
Setelah aku masuki ruangan kelas 7E, aku teringat semua kejadian dan semua
kenangan yang terjadi didalamnya. Pahit manis aku rasakan saat berada di kelas
7E ini. Tetapi, aku jalani dengan rasa percaya diri dan semangat. Lalu, aku
memandang keseluruh penjuru kelas ini, kelas yang penuh canda tawa dan
keceriaan teman-teman. Serta, kelas yang penuh dengan sedih duka dan kegundahan
teman-teman. Perlahan-perlahan aku mengingat kejadian yang mungkin ini kejadian
terburuk yang pernah kualami di kelas 7 ini. Yaitu, waktu guru PPL IPS
mencemooh aku dan sekelas dengan kata-kata yang tidak pantas untuk dikatakan oleh
calon guru seperti dia. Kata-kata yang menyakitkan hatiku serta teman yang
lain. Kalau tidak salah, kejadian itu terjadi pada Senin, 27 September 2010.
Semoga kejadian buruk ini tidak terulang kedua kalinya. Amien……
Kemudian, aku mulai berjalan melewati bangku-bangku
yang berjejer rapi. Seakan aku mengingat hari-hari yang telah ku lewati bersama
teman. Walaupun, aku tak begitu mewarnai kelas ini dengan kegembiraan, tetapi
teman-teman lah yang telah mewarnai hidupku dikelas ini.
Saat ku lewati bangku salah seorang
temanku, temanku yang sudah aku anggap saudara perempuan. Dia adalah Misykatun Nisa’ul Husna. Teman yang
mengerti perasaanku dan memberi nasihat-nasihat yang memotivasi diriku untuk
berdiri dari keterpurukan masalah-masalah yang ada. Aku teremenung mengingat
kejadian dan pengalaman indah bersama Husna. Apalagi saat MABIT dan Mading, aku
sangat senang saat pengalaman itu. Bahkan, aku memiliki ilmu dan pelajaran yang
banyak dari Husna. Terima kasih, Husna…
Perjalanan berlanjut, saat berada di
samping 2 bangku meja yang bersebelahan, aku duduk di kursi salah satu bangku
meja. Bangku itu adalah bangku terakhir yang dipakai oleh Muhammad Abdul Aziz, tetapi, sering ku panggil Abdul Aziz. Abdul
Aziz yang membuatku mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman saat berteman
dengannya, terutama dalam ilmu agama, pengertian, kesetiaan, dan kesederhanaan.
Serta kursi sebelahnya, kursi yang terakhir dipakai oleh Fahrur Rizky Dewantara, sering ku panggil Rizky saja. Dia juga
membuatku senang dalam menghadapi dunia yang keras ini. Dia juga teman yang
setia memberi semangat dan nasihat kepadaku yang membuatku lebih tegar. Terima
kasih Rizky dan Abdul Aziz.
Ya, memang mereka berdua sangat baik
kepadaku, bahkan terlalu baik sekali. Aku sangat bersyukur dan bangga memiliki
teman seperti mereka. Mungkin, saat kelas 8 nanti, aku tak sekelas dengan
mereka. Aku akan rindu dengan canda tawa dan tingkah laku mereka yang sangat
harmonis. Lalu, ku tolehkan wajahku ke tempat duduk sebelahnya yang hanya
berbatas jalan yang tak terlalu lebar. Tempat duduk itu, tempat duduk terakhir
untuk Muhammad Nofari Cacas Alfiano
dan Izzudin Umar Al-Qois.
Kedua sahabat yang sangat harmonis,
bahkan melebihi saudara kandung. Aku sungguh sangat salut dengan mereka. Mereka
tetap bertahan dengan persahabatan yang indah dan saling menyayangi, walau
badai kehancuran dan perpisahan terus menghantam dinding persahabatan mereka.
Selebihnya dengan Cacas, temanku yang sangat tahu dan sangat peduli dengan
“Arti setia Kawan” yang sekarang ini, kerap diabaikan oleh orang lain. Semoga
mereka tetap bersatu dalam persahabatan yang indah dan tetap menjadi sahabat
yang cocok dan serasi. Dan kerap kali, aku merasa iri dengan keakraban dan
kesetiaan mereka, bagai Pohon dan akar. Aku sangat terharu dengan kegigihan Cacas
untuk tetap bersahabat dengan Qois. Ini salah satu pelajaran yang luar biasa
tentang kesetiaan dan kasih sayang kepada sahabat. Terima kasih, Cacas. Kau
telah memberi pelajaran yang luar biasa bagiku.
Setelah itu, aku beranjak berdiri
menghampiri bangku tengah yang biasa aku dan Aulia Nisa S.H. duduki bersama. Bersama dalam suka ataun pun duka.
Aulia juga tempat berbagi cerita, berbagi pengalaman, dan berbagi kesenangan
atau kesedihan dariku. Aulia yang telah memberi semangat, motivasi, solusi, dan
selalu memberi kasih sayang kepadaku. Aku sangat beruntung memiliki sahabat
seperti dia. Aulia juga sudah aku anggap menjadi saudaraku sendiri. Jika dia
sedih, aku juga sedih. Jika dia senang, aku juga senang. Dan begitu sebaliknya.
Masih banyak sekali teman-teman yang
membuatku lebih tegar dan lebih siap menghadapi dunia luar. Seperti: Saifuna Nur Addini, yang selalu
menemaniku dengan nasihat dan candanya. Luthfia, dengan canda tawanya yang membuatku senang. Husnul Amalia dan Mutiara Khairunissa, yang telah memberiku arti dalam meraih
prestasi dan pelajaran lainnya. Clorinda Inez Faricha dan Devyanti Indah Pratiwi, dengan keceriaan
dan kesetiaan mereka, aku merasa nyaman.
Affiu Adha Rochma K.,
seseorang yang memotivasiku untuk meraih prestasi yang lebih baik dan seseorang
yang beda dari yang lain. Renaldy
Mahiera, dan Luthfi Shafwan H.
yang memberi pengalaman yang menyenangkan. Dan lainnya.
Semuanya dan
seluruh teman-teman kelas 7E, telah memberi pelajaran, pengalaman, dan arti
hidup yang sebenarnya. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan mohon maaf jika aku
ada salah dengan mereka. Sangat mengharukan sekali.
Semuanya
telah memberi pelajaran yang berarti bagiku. Pelajaran-pelajaran ini akan aku
gunakan untuk di kemudian hari. Untuk menghadapi dunia luar dan dunia yang
semakin aneh ini. Teman-temanku ini sungguh luar biasa untuk segala sesuatu
yang berhubungan dengan Sahabat dan Cinta. Terima kasih, Teman……
Tetapi, ada yang telah memberi semangat
dan memberi ilmu yang bermanfaat, seperti: Bu
Dwi, selaku wali kelasku. Yang memberi semangat, nasihat, dan motivasi
terbesar untuk murid kelas 7E. beliau tidak bosan untuk menasihati kami. Beliau
sangat berjasa bagiku.
Bu Sakin, selaku guru favoritku di kelas
7. Beliau sangat sabar dan sangat sayang kepada anak didiknaya. Bu Ima,
dengan pelajaran agama, yang membuatku lebih paham untuk memperdalam ilmu
agama. Bu Laiqoh, dengan hadits-hadits yang bermanfaat, karena itu aku
lebih paham mengenai hadits Rasulullah.
Bu Ratna, Bu Istinah, Bu Yuni, Pak Mul, Pak Sutadi, Pak Wisnu,
Pak Amal, Pak Saeful, Pak Heru, Pak Agung, Pak Thoha, dll. Aku sangat berterima kasih atas pemberian ilmu-ilmu
beliau kepadaku dan teman-teman. Guru memang pembangun insan cendekia…
Aku sangat senang saat pelajaran Bhs.
Indonesia oleh Bu Sakin. Yang sering
teman-teman berkata, bahwa Beliau Ibuku di kelas 7. Ada-ada saja dech… hehe…
Lalu, aku termenung sejenak untuk
mengingat kenangan terindahku bersma teman-teman kelas 7E saat piknik bersama
di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Aku masih mengingat kenangan tersebut. Dan
mungkin sulit untuk aku lupakan.
Pada tanggal 30 Juni 2011, adalah hari
yang penuh dengan kenangan. Pada hari itu, kami piknik bersama. Walaupun hanya
di ikuti oleh 25 anak, aku sudah senang. Saat tiba di sana, teman-teman
terlihat sangat senang. Aku ikut senang, walaupun aku merasa sedih dan
khawatir. Rasa khawatirku terlebih saat teman-teman akan menaiki perahu yang
akan mengelilingi waduk. Aku sengaja tidak ikut, saat aku duduk di pinggir
waduk, aku mulai merasakan kekhawatiran pada teman-teman. Tak lupa aku juga
berdo’a kepada Allah swt. untuk menjaga dan melindungi teman-teman. Setelah
semua acara dan kegiatan selesai, kami pulang dengan rasa senang dan lelah yang
setelah seharian bermain bersama. Di perjalanan pulang, aku sempat bertanya
pada diriku sendiri, “Apakah kita bisa
seperti ini lagi? Apakah kita bisa saling menyayangi seperti dulu lagi? Apakah
kita masih saling peduli? Akankah kita akan melupakan salah satunya? Dan apakah
kita masih ingat dengan kelas 7E?”. pertanyaan-pertanyaan itu terlintas
didalam pikiran dan benakku dan tak bisa aku jawab sendiri, hanya waktu yang
bisa menjawabnya.
Aku hanya bisa menjawab, “Semua pasti baik-baik saja.” Karena
jawaban itu, aku menjadi yakin bahwa kenangan 7E yang ada sulit untuk
dilupakan. Aku serahkan segala sesuatu kepada Allah swt. karna Allah yang
mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta. Aku juga tak lupa berdo’a
untuk teman-teman 7E, semoga mereka tetap sehat dan selalu di jalan yang benar.
Amin…
Tak terasa, aku mengeluarkan air mata
yang telah membasahi kedua pipiku, segara ku hapus air mata ini. Lalu, aku
berkata, “Kenangan terindah tak pernah di
lupakan dan seseorang yang indah tak mungkin di lupakan.”
Setelah itu, aku melangkah diantara
bangku-bangku yang berjejer rapi, dan langkahku terhenti di papan data kelas.
Aku melihat daftar nama siswa tertulis rapi nan indah. Tetapi, ada 1 nama siswa
yang telah pergi meninggalkan kelas ini dan namanya telah terhapus karena telah
lama pindah, yaitu: Nizam.
Nizam dahulu di kelas, sangat lucu,
apalagi saat pelajaran Matematika, ia sering sekali mengantuk, bahkan
teman-teman langsung menertawainya. Sungguh lucu saat ia mengantuk. Mengingat
kejadian Nizam itu, membuatku tersenyum ‘tuk sejenak. Aku dan teman-teman
sempat merasa sedih kehilangan teman kami, Nizam. Tetapi, kami tidak terlarut
dalam kesedihan. Karena, teman bisa datang dan bisa juga pergi. Bagaimanapun
keadaan teman kita, kita harus siap menerimanya dengan apa adanya. Dan kita
harus memilih teman yang baik untuk berteman. Jangan salah dan jangan
sungkan-sungkan memilih teman baik. Walau pun semua teman sama, hanya karakter,
perilaku, dan sifatnya yang berbeda.
Ini lah saat terakhirku melihat kamu,
Jatuh air mataku menangis pilu,
Hanya mampu ucapkan selamat jalan sobat……
Jatuh air mataku menangis pilu,
Hanya mampu ucapkan selamat jalan sobat……
(Saat
Terakhir-St12)
Sebagai
penggantinya Nizam di kelas ini, datang lah sesosok M. Abdul Aziz yang pindah
sekolah. Kami langsung menyambut kedatangan Abdul Aziz. Tepatnya pada Kamis, 20
Januari 2011. Kedatangan Abdul Aziz memberi pengaruh baik di kelas ini. Pengaruhnya:
kegaduhan sedikit berkurang, menjadi semangat belajar, memberi banyak pelajaran
kepada kami semua.
Abdul Aziz juga pernah dipanggil “Pak Ustad”, itu membuatku
penasaran bagaimana respon Abdul Aziz tentang ini. Aku pun pernah bertanya
kepadanya, kenapa tidak mau dipanggil Ustad. Dia menjawab: “Besok kelak kau akan tau kenapa aq gx mau dipanggil Pak Ustad!!!”
(Via SMS) pada 24-04-2011. Tetapi, telah cukup lama, aku pun belum mendapat
jawaban dari diri Abdul Aziz sendiri. Huft, padahal sudah janji!! Sabar aja lah
dan Semoga dia masih ingat janji itu ke aku. Amien…
Sepertinya, aku salah. Aku harus mengingatkannya lagi tentang
janji itu. Akhirnya, dia memberi jawaban: “Aku gx mau dipanggil ustadz karna::
1. Aku tidak mau dikatakan sebagai orang yang ‘alim /supaya
dikatakan sebagai seorang qori’.
2. Aku tidak bisa bertanggung jawab apa yang aku pimpim
nanti.”
3. Sering menunda waktu sholat.
(Via SMS) pada 16-06-2011
Ya, begitulah jawaban dia. Sudah ± 2 bulan, Waw.. waktu yang lumayan
lama bukan? Ya sudah lah, semua akan baik-baik saja. Tidak perlu ini
dipermasalahkan lagi. Okey…
Setelah kupandangi papan data siswa ini,
aku berjalan menuju pintu. Di dekat pintu aku pandangi lagi seluruh penjuru
kelas yang sangat elok ini dan sangat fenomenal dengan perasaan sedih dan
terharu. Sejujurnya aku ingin sekali satu kelas lagi dengan mereka semua.
Tetapi, itu tidak mungkin. Aku hanya bisa pasrah menerima keadaan ini. Keadaan
ini telah cukup disudahi bagiku. Siap tidak siap, aku harus selalu siap untuk
berpisah. Jika ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Jika siap dipertemukan,
pasti harus siap untuk dipisahkan. Aku harus siap untuk ke kelas 8. Karna,
cita-cita dan mimpi telah menanti di jenjang yang lebih tinggi yaitu, di kelas
8.
Lalu, aku keluar kelas 7E dengan sedih dan
terharu. Dan kututup pintu kelas ini. Dan seraya berkata “Selamat tinggal kelas
penuh kenangan indah. Aku akan merindukanmu. Kelas 7E.”
Waktu terasa semakin berlalu.
Tinggalkan cerita tentang kita.
Akan tiada lagi kini tawamu,
‘tuk hapuskan semua sepi di hati.
Ada cerita tentang aku dan dia,
dan kita bersama saat dulu kala.
Ada cerita tentang masa yang indah,
saat kita berduka, saat kita tertawa.
Tinggalkan cerita tentang kita.
Akan tiada lagi kini tawamu,
‘tuk hapuskan semua sepi di hati.
Ada cerita tentang aku dan dia,
dan kita bersama saat dulu kala.
Ada cerita tentang masa yang indah,
saat kita berduka, saat kita tertawa.
Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita.(Semua Tentang Kita-Peterpan)
Ceritakan semua tentang kita.(Semua Tentang Kita-Peterpan)
(Semua
Tentang Kita-Peterpan)
By:
Ismi
Minggu,
10 Juli 2011